Simbol daerah Lampung
Tugas kali ini adalah menjelaskan dan menganalisis simbol dari daerah masing-masing, berhubung saya berdomisili di Bandar Lampung, maka saya akan menjelaskan dua symbol dari daerah Lampung yaitu siger (mahkota) dan tapis (kain khas Lampung).
Gambar disamping adalah bentuk dari siger. Siger adalah sejenis mahkota yang merupakan simbol dari daerah Lampung. Karena, hampir di setiap sudut kota, di setiap toko, di taman kota, ada lambang siger. Baik yang berbentuk dua dimensi ataupun tiga dimensi. Selain itu, ada pula tugu siger yang berukuran sangat besar yang dibangun di atas gunung di dekat pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Sebenarnya, apa itu siger? Ternyata, siger bukan hanya sekedar mahkota, namun siger bagi masyarakat Lampung adalah sebuah bentuk yang melambangkan mahkota keagungan adat budaya dan tingkat kehidupan terhormat. Biasanya, siger selalu dipergunakan oleh pengantin perempuan Lampung. Artinya, lambang Lampung ini merupakan simbolisasi sifat feminin. Dari blog seputar Lampung, saya menemukan sumber yang sangat bagus mengenai siger yang saya ambil beberapa bagian dari isinya, yaitu menurut seorang tokoh Lampung yang dikenal sebagai teknolog dan juga budayawan, yaitu Bapak Ir. Anshori Djausal, MT, menerangkan bahwa pada awal masuknya Agama Islam di masyarakat Lampung, dominasi warna hitam dan gelap lainnya, yang kala itu memengaruhi masyarakat Lampung, seperti juga masyarakat lainnya di Indonesia yang masih menganut paham animisme, tergantikan oleh pengaruh warna-warna yang lebih cerah dan bernuansa emas. Nilai optimisme dan simbolisasi kekayaan atau duniawi, dilambangkan dengan warna emas dan warna-warna cerah lain seperti kuning, putih dan merah, yang juga menggambarkan nilai-nilai kebangsawanan. Penggunaan lambang Siger ternyata bukan hanya masalah lambang kejayaan dan kekayaan karena bentuk mahkotanya saja, melainkan memang mengangkat nilai feminisme. Kembali lagi ke prinsip-prinsip dalam Islam, bahwa laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga, dan perempuan sebagai manajer yang mengatur segala sesuatunya dalam rumah tangga. Konsep itulah yang diterapkan dalam simbolisasi Siger. Menurut beliau, dalam masyarakat Lampung, perempuan sangat berperan dalam segala kegiatan, khususnya dalam kegiatan rumah tangga. Dibalik kelembutan perempuan, ada kerja keras, ada kemandirian, ada kegigihan, dan lain sebagainya. Intinya, meskipun masyarakat Lampung penganut garis ayah atau patrilineal, figur perempuan merupakan hal penting bagi masyarakat Lampung, yang sekaligus menjadi inspirasi dan pendorong kemajuan pasangan hidupnya.
Dari penjelasan tersebut, saya menyimpulkan bahwa siger adalah simbolisasi dari masyarakat Lampung yang sangat menghargai kedudukan perempuan. Tidak ada perbedaan kedudukan bagi yang memakai siger, karena siger biasa dipakai dalam acara pernikahan oleh mempelai wanita. Saya juga telah berdiskusi dengan kerabat yang asli dari suku Lampung bahwa siger memiliki sifat-sifat yang membentuk karakter masyarakat Lampung yang sudah ada secara turun-temurun. Menurut kitab Kuntara Raja Niti, sifat-sifat tersebut adalah:
- piil-pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri),
- juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
- nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu),
- nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis),
- sakai-sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).
Saya menganalisis dari lambang siger sebagai simbolisasi feminin dan adanya sifat-sifat yang terkandung dalam lambang siger tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa lambang dari suatu daerah khususnya daerah Lampung, sangat mempengaruhi karakter dan kepribadian masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Simbol atau lambang dari daerah Lampung yang lainnya adalah kain tapi. Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.berbeda dengan siger, kain tapis Lampung dikenal berbagai peralatan dan perlengkapan adat yang melambangkan status seseorang yang ditandai dengan pemilikan sebuah kain adat tersebut. Secara umum, masyarakat Lampung memiliki dua kelompok besar adat yaitu adat Saibatin dan adat Pepadun, maka dari itu pemakaian tapis mempengaruhi status seseorang sesuai dengan kelompok adat yang dianutnya.
Apa itu pengertian kain tapis? Menurut Wikipedia, kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam (Lampung; "Cucuk"). Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Penggunaan tapis biasanya dipakai saat ada acara pernikahan ataupun pada saat upacara adat. Sebagaimana yang telah saya sebutkan bahwa semua tergantung pada adat masing-masing bagian daerah. Misalnya di daerah Krui, Lampung Barat tapis dipakai saat ada upacara-upaca adat. Di daerah Lampung Utara, tapis dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacar adat perkawinan. Tapis memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan motif yang disulamnya. Tiap daerah bagian di Lampung memiliki kekhasan tersendiri.
Dari penjabaran tentang tapis, saya menyimpulkan bahwa tapis mempengaruhi kedudukan seseorang. Karena sama halnya seperti adat Jawa yang memiliki gelar untuk beberapa kelompok orang, begitu pula Lampung yang memiliki gelar untuk beberapa kelompok tertentu. Tapis yang dipakai di saat-saat tertentu menunjukkan bahwa pemakaian kain tapis bukanlah sembarangan dan mempunyai aturan adat tersendiri.